Agama, masih saja di jadikan sebagai legitimasi prilaku kekerasan oleh organisasi-organisasi keagamaan tertentu, bahkan kekerasan ini dilakukan secara sadis dan sangat tidak berprikemanusiaan, seperti kejahatan terorisme yang dilakukan oleh kelompok ISIS. Propaganda dan provokasi gerakan ini terus meluas ke berbagai belahan dunia dan melibatkan banyak negara. Indonesia pun pernah di tantang perang terbuka oleh ISIS yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang tergabung dalam gerakan ini. Gerakan Terorisme dan Radikalisme yang tumbuh subur di Indonesia menjadi faktor-faktor pendukung bagi penyebaran paham ISIS ini. Ungkap L. Suprawan, M. EI (Koordinator Kegiatan). Lebih lanjut menurutnya, bahwa sejak tahun 2010 sampai 2014 kasus radikalisme dan terorisme selalu terjadi di NTB, penangkapan-penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 terhadap para teroris menjadi ancaman bagi kehidupan beragama yang damai dan rahmatan lil ‘alamin. Fakta ini menunjukkan bukti dari masih eksisnya paham dan jaringan radikalisme dan terorisme di NTB yang berpotensi sebagai dalang bagi penyebaran ISIS. .
Atas dasar fakta dan potensi di atas, maka perlu adanya kewaspadaan bersama semua elemen masyarakat termasuk di dalamnya perguruan tinggi, pondok pesantren dan organisasi-organisasi keagamaan yang tumbuh dan berkembang di NTB. Semua kelompok keagamaan di NTB harus bekerjasama dan bermitra secara positif guna melakukan deteksi dini dan pencegahan terhadap upaya-upaya penyebaran paham ISIS di NTB. Potensi pesebaran dakwah ISIS yang mengeksploitasi isu-isu keagamaan untuk kekuasaan dan kejayaan Islam di muka bumi dengan menggunakan kekerasan ini patut menjadi perhatian semua lapisan masyarakat, khususnya di NTB. Sebagai daerah yang memiliki kultur keagamaan yang kuat, yang disokong oleh banyak organisasi-oragniasasi keagamaan, pondok pesantren bahkan ribuan masjid berdiri megah di seluruh pelosok NTB. Ini menjadi Potensi yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok seperti ISIS untuk dapat mencari dukungan dakwah dan seruan jihadnya. Bahkan dalam faktanya, NTB begitu mudah disusupi oleh berbagai paham keagamaan yang berorientasi radikal dan teror, seperti banyak teroris di tangkap di NTB, dan konflik keagamaan sering kali terjadi. Ungkap Mawardi (direktur Nusatenggara Centre).
Maka, untuk menyikapi dan mengantisipasi penyebaran dakwah-dakwah yang bernuansa teror dan radikal. Nusatenggara Centre Mataram juga ingin berkontribusi dengan mengajak segenap elemen tokoh-tokoh pesantren, mahasiswa, dan ormas-ormas keagamaan lainnya untuk bersama-sama terus berdialog, berdiskusi dan memetakan potensi-potensi penyebaran paham-paham teror dan radikal seperti yang dikembangkan oleh ISIS tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat berkontribusi bagi upaya 1) Membangun pola kemitraan antara Pondok pesantren, Perguruan Tinggi, Pemda dan aparat keamanan dalam penanggulangan gerakan radikalisme, terorisme dan ISIS di wilayah NTB. Dan 2) Menumbuhkan peran strategis Pondok pesantren dan Perguruan Tinggi dalam upaya pencegahan gerakan radikalisme,terorisme dan ISIS di NTB.
Untuk suksesnya kegiatan ini (25/02/2015) Nusatenggara Centre akan melibatkan berbagai organisasi/lembaga, pimpinan pondok pesantren, santri, mahasiswa dan berbagai elemen terkait sebagai peserta aktif dan bertempat di Mataram. Dalam kegiatan ini, peserta akan diajak berdiskusi tentang materi-materi yang berkaitan dengan potensi penyebaran dan penanggulangan kelompok radikal ISIS di NTB. Kegiatan ini akan dibuka langsung oleh Kakanwil kamenag NTB dan dihadiri langsung narasumber yang kompeten dalam bidang ini, dintaranya (1) Kesbangpoldagri NTB, (2) Kakanwil Kamenang NTB, (3) Kapolda NTB dan 4) Dr. Masnun (Akademisi IAIN Mataram). Akhirnya, kami mengundang partisipasi semua pihak yang telah dikirimi undangan kegiatan ini untuk hadir dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.