Kegiatan diskusi terbuka “Pemetaan tingkat Kerawanan ancaman terorisme dan Radikalisme tahun 2015 di NTB” dilaksanaikan oleh Nusatenggara Centre (Senin, 29/12/2014) di Gedung TP-PKK NTB Mataram. Terorisme dan radikalisme adalah dua persoalan bangsa yang masih meresahkan ummat beragama hingga saat ini, pemicunya sangatlah beragam baik itu dipengaruhi oleh isu-isu lokal, nasonal maupun internasional. Beberapa kasus pebnangkapan terduga teroris di Tahun 2014 ini terungkap lagi, ini menunjukkan bahwa fakta-fakta tumbuh kembang terorisme dan radikalisme masih memiliki jaringan dan kelompok yang tetap eksis baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional. Menyikapi ini, Nusatenggara Centre memaksimalkan kajian masalah ini secara intensif guna dapat memetakan potensi-potensi ancaman radikalisme di NTB, sehingga masyarakat dapat menyadari dan berpartisipasi aktif untuk meredusir berbagai potensi terorisme dan radikalisme di NTB. Ungkap, Dr. Ahmad Amir Aziz, M.Ag. dalam sambutan pembukaan kegiatan ini.
Dalam sessi diskusi, Drs. Rasyidin, Sekretaris Kesbangpoldagri NTB mengungkapkan bahwa yang masih meresahkan daerah ini adalah kasus terorisme dan radikalisme yang terdapat di beberapa wilayah, khususnya di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Selain 3 kabupaten tersebut, doktrin-doktrin terorisme dan radikalisme juga menyebar di beberapa kabupaten/kota lainnya. Atas dasar itu pula, BNPT juga memaksimalkan peran dan fungsi FKPT NTB guna meredusir pesebaran doktrin dan gerakan terorisme dan radikaisme. Salah satunya yang telah dilakukan pemerintah NTB adalah inventarisiasi kegiatan individu dan kelompok yang terindikasi memiliki potensi pada pemikiran dan aksi terorisme dan radikalisme serta melakukan kajian atas peyebab pesebarannya di daerah ini. Hasilnya, beberapa individu dan kelompok yang ada di NTB ini masih terus dipantau dan dibina baik secara ekonomi, sosial maupun budaya dan spirit keagamaannya.
Mengurai persoalan terorisme dan radikalisme ini oleh Dr. Abdul qudus mengungkapkan secara lebih mendalam bahwa radikalisme sebenarnya muncul dari radikalisme sosial, yaitu suatu respon terhdap kondisi yang sedang berlangsung baik dalam bentuk evaluasi maupun penolakan atau bahkan perlawanan terhadap nilai-nilai yang dipandang tidak ideal, sehingga radikalisme selalu berupaya untuk mencari tatanan baru yang lebih ideal dan mengganti tatanan yang sudah ada. Namun, yang disayangkan para radikalis ideologi tertentu menafikan kebenaran sistem lain yang sudah ada dan bertentangan dengan ideologi mereka. Kelompok-kelompok ini kemudian diorganisir dalam berbagai gerakan-gerakan sistematis dan masif dalam wadah sebuah organisasi. Saat ini, banyak gerakan-gerakan Islam yang justeru di lekatkan dengan Term terorisme dan radikalisme. Dalam ruang international, Islam seolah-olah dilegitimasi sebagai kelompok teroris dan radikalis karena keberadaan ISIS. Bahkan, banyak ideologi dan pemikiran dari gerakan-gerakan Islam seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Harakah Jihadiyyah, Salafi, syi’ah dan sebagainya mempengaruhi pola pikir dan ideologi para teroris maupun radikalis.
Menyikapi beberapa kelompok dan gerakan keagamaan ini, maka kementerian agama NTB terus berupaya untuk melakukan silaturrahmi, koordinasi, dan negosiasi pemikiran-pemikiran keagamaan yang berkembang di NTB. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyadaran bahwa Indonesia dengan keberagaman agama harus dapat dihargai dan diimplementasikan dalam kehidupan beragama. Namun, ini tidak mudah dilakukan mengingat ruang ideologis pemikiran kelompok-kelompok yang terindikasi dalam gerakan terorisme dan radikalisme masih sangat kuat. Namun, kekuatan silaturrahmi, koordinasi dan negosiasi perlu dimaksimalkan agar semua pihak dapat memehami pentingnya kebersamaan dalam membangun kehidupan beragama yang lebih harmonis dan damai. Ungkap Narasumber Kamenag NTB.
Melihat dan mengamati pergerakan terorisme dan radikalisme di NTB, Dr, Kadri, M.Si. mengungkapkan bahwa untuk mengukur potensi gerakan ini di tahun 2015 adalah kita harus melihat fakta-fakta aksi terorisme dan radikalisme di NTB selama tahun 2014. Sayangnya, di tahun 2014, beberapa kasus penangkapan terduga teroris dan aksi penyerangan terhadap aparat kepolisian beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa eksistensi gerakan terorisme dan radikalisme di NTB tidak dapat diremehkan. Apalagi, diketahui bahwa masyarakat NTB masih tidak begitu peduli tentang keberadaan kelompok radikalis dan teroris ini. Jika, Densus 88 melakukan penangkapan, masyarakat seolah-olah tidak begitu peduli dan bahkan melakukan pembiaran terhadap penyebaran paham-paham teror dan radikal di NTB, khususnya di beberapa wilayah tertentu. Oleh karena itu, maka di tahun 2015 ini gerakan terorisme dan radikalisme masih berpotensi besar mengancam keamanan dan kehidupan beragama yang damai di NTB. Oleh karena itu, meredusir gerakan-gerakan ini harus melibatkan masyarakat secara aktif. Jika masyarakat sadar dan turut berpartisipasi aktif memberantas paham-paham ini terorisme dan radikalisme, maka paham inipun tidak akan dapat berkembang di NTB. Ungkapnya.
Di penghujung kegiatan ini, peserta dan narasumber memiliki harapan di tahun 2015 ini agar 1) NTB, yang dikenal sebagai salah satu daerah distenasi wisata, maka dibutuhkan kenyamanan dan keamanan dalam berbagai aspek, termasuk keamanan dan kenyamanan NTB dari penyebaran paham-paham terorisme dan radikalisme. Oleh karena itu, tahun 2015 harus menjadi momentum masyarakat untuk melawan dan mencegah penyebaran doktrin dan gerakan terorisme dan radikalisme di NTB. 2) Stabilitas NTB di tahun 2015 harus menjadi prioritas bersama baik pemerintah dan masyarakat guna meniciptakan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang, 3) Di tahun 2015, penciptaan stabilitas harus di mulai dari diri sendiri dan didukung oleh segenap komponen masyarakat, semua kelompok-kelompok keagamaan harus mendukung gerakan penciptaan NTB yang damai dan aman dan terbebas dari paham-paham terorisme dan radikalisme, 4) Untuk mewujudkan NTB sebagai daerah yang beriman dan berdayasaing , maka harus ada mental ber-NTB dan ber-Islam yang rahmatan lil’alamin, 5) Ikhiar solusi bagi eksistensi terorisme dan radikalisme adalah dengan melakukan potong regenarasi kepemimpian, yaitu mengeliminasi gerakan teroris dengan memutus kemampuan pemimpin mengartikulasikan visi yang jernih dari tujuan akhir pergerakan kepada para penerusnya, dan 6) diperlukan upaya bersama untuk meminimalisir dan memotong mobilisasi pendukung gerakan terorisme dan radikalisme, dan mengarahkanya pendukungnya pada upaya-upaya beragama yang rahmatan lil ‘alamin.